Kamis, 06 Agustus 2015

Pengalaman pertama Try Scuba (Ingat, Jangan SOK TAHU!)

(Foto ini diambil setelah puas-puasin diri maen Aeer!!)


Berbulan-bulan sudah saya memendam hasrat terdalam untuk menyelami dalamnya laut indonesia and akhirnya hasrat itu kesampaian juga di tanggal 26 Juli 2015. Satu minggu setelah lebaran idul fitri.
Awalnya saya menduga menyelam atau yang lebih popular dengan judul Diving (bukan pura-puar jatuh di lapangan sepakbola, loh) dapat dilakukan dengan mudah. Tinggal pakai baju ketat, gendong tabung, pakai kaki bebek, selesai. tinggal masuk ke dalam air, kesana kemari, lambaikan tangan ke ikan-ikan kecil, Happy ending Deh… Tapi suer, disamber Julia perez ternyata tidak semudah yang saya harapkan.
Semua bermula ketika salah satu teman sekampus dulu mengajak saya untuk Try Scuba. Satu spot terkenal di pesisir pantai kota gorontalo menjadi tempat latihan. Mereka menyebutnya sih, KOLAM alias tempat buat latihan saja. Ah, masa anak pantai seperti saya harus latihan dulu? Gak keren! Mereka meremehkan kemampuan saya ternyata.
Jam 07.00 pagi, TENG! Kami janji ketemu di tempat penyewaan alat scuba di kelurahan talumolo, kota gorontalo. Biaya sewa alat lengkap dengan bibit bobotnya Cuma sekitar Rp. 400.000,-. Saya dapat wetsuit (baju ketat yang dipakai penyelam) ukuran L, plus satu tabung gas yang lumayan berat minta ampun.
Cuaca pagi yang cerah tentu menjadi alasan kenapa saya harus rela menarik gas sepeda motor menembus dari rumah menuju lokasi penyewaan alat scuba. Kami tiba di lokasi try scuba sekitar pukul 08.00 pagi.  Angin berhembus sepoi-sepoi dan dari pinggir pantai si KOLAM yang dimaksud memang jelas kelihatan. Warnanya beda sendiri dipinggiran laut. Kayak ada manis-manisnya, gitu…
Total peserta Scuba hari ini ada 4 orang. Saya, teman sekampus saya lengkap dengan suaminya, dan seorang pemandu yang bertugas mengenalkan perlengkapan dan cara pakainya kepada saya. Pengalaman pertama menggunakan wetsuit membuat saya membayangkan kalau beberapa bagian ditubuh saya akan menonjol (seperti perut yang bentuknya onepack ini) tapi ternyata bayangan saya salah besar. Pakaiannya memang ketat tapi tidak menonjolkan anggota tubuh. Selamat…
Karena sok jago, saya malah cuek bebek ketika si pemandu - yang saya lupa namanya siapa – menjelaskan banyak tetek bengek penggunaan alat-alat scuba. Mulai dari tombol otomatis yang mengisi-mengeluarkan angin dari pelampung, tabung gas sekalian selang udaranya yang harus memaksa saya bernafas menggunakan mulut (ini agak sedikit susah, tapi gampanglah itu) dan juga alat pemberat supaya saya bisa dengan mudah tenggelam (Eh, maksud saya menyelam).
Demi tuhan (jangan membayangkan Arya wiguna) saya harus berjalan lambat menuju lokasi SPOT yang baru sadar ternyata namanya “SDC SPOT”. Ini dikarenakan tubuh saya sudah dipenuhi banyak beban berat. Apalah-apalah, deh. Belum lagi harus menerjang ombak kecil yang mengalun lembut diatas batu karang. Oh, beban hidup pagi ini lumayan cettar membahenol.
Dugaan saya perlahan-lahan mulai berguguran. Air laut sudah sebatas Dada, saya baru memakai kaki bebek dengan sangat kesulitan. Kaki saya diombang-ambing lautan asmara. Susah memakai kaki bebeknya. Hingga akhirnya si pemandu yang turun tangan memakaikannya. Ah, saya jadi malu. hihihi…
Oke? Fix! Sebelum kita benar-benar menjatuhkan diri ke dalam laut, Si pemandu bercerita sedikit lagi tentang kode bahasa di dalam air. Saya baru ngeh ternyata kita emang nggak bisa bicara di dalam air. Butuh bahasa tubuh mulai dari Naik, turun, ke kanan, ke kiri, oke, pulang dan sebagainya.
Dengan mengucapkan Bismillah, saya memencet tombol yang mengeluarkan angin dari pelampung sehingga secara otomatis saya perlahan jatuh ke dalam air. Sumpah, sumpaaaaaaaaah ini pertama kalinya saya berada diantara karang-karang dan ikan-ikan kecil yang nggak mabuk! Saya terpukau, terpesona hingga saya lupa harus bernafas dalam air. Panik? Jelas.
Saya langsung memberi kode naik ke pemandu, dia langsung mendekat dan menekan tombol pengisi udara. Hampir saja saya pulang ke rumah tersisa nama dan kenangan saja. Belum terbiasa bernafas lewat mulut jelas menjadi faktor utama yang menjadi kendala. Kami naik ke permukaan, belajar bernafas menggunakan mulut lalu kembali turun.
Kali ini mulai terkendali. Saya bisa bernafas menggunakan mulut meski awalnya memang kesulitan. Ya iyalah, selama ini kan saya bernafas pakai hidung saja. Satu meter, saya mengambil posisi meruncing (susah menjelaskan posisi saya saat itu), turun mencapai dua meter. Si pemandu masih berada di dekat saya sampai akhirnya saya menyadari something wrong. Telinga saya terasa sangat sakit.
Dengan otomatis saya menekan tombol pengisi udara dan membuat saya melesat pelan menuju permukaan. Nggak bisa cepat ternyata. Saya sudah menggerak-gerakan kaki sampai kena tikus-tikus. Kata si pemandu, ketika telinga mulai terasa sakit, maka langkah pertama yang harus saya lakukan ialah memencet hidung dalam buang nafas via hidung. (hal ini jelas tidak akan mengeluarkan udara sama sekali tapi akan terasa sesuatu di telinga seperti bunyi dug kecil).
*()*
            Semua berjalan semakin mudah. Saya mulai terbiasa bernafas menggunakan mulut. Menyelam dengan gaya selllow membuat saya melayang seperti ikan. Di bawah sini, kedalaman 4 meter saya merasakan menjadi makhluk tuhan paling bahagia. kalau sudah begini? Nikmat tuhan mana lagi yang harus saya ingkari? Nggak ada! Mata saya terus menjelalah, dalam hati terus bertasbih, memuja kecantikan alam ciptaan Allah SWT.
            Awalnya saya agak takut menoleh ke belakang soalnya suasana di belakang sangat menyeramkan. Sepi. Nggak ada karang atau ikan-ikan apalah gitu. Semakin saya melihat ke belakang, semakin berkelana imajinasi saya. Eh, siapa tahu ada hiu tiba-tiba melaju kencang dan HAP saya ditelan. Atau hewan buas lainnya seperti gurita dengan delapan tentakel berukuran 8 meter. Atau si kikir Mr. Crab?
            Ah tapi semua itu terhapus sudah ketika saya berjumpa dengan sekelompok ikan menggemaskan yang lewat di dekat saya. Saya berpikir mereka takut dengan manusia seukuran saya tapi ternyata tidak sama sekali. Coba saja mereka punya tangan pasti kami sudah berkenalan dan saya akan undang mereka ke rumah. silaturahmi lah, kan masih suasana lebaran toh?
            Pelan-pelan si pemandu mengajak saya turun hingga ke posisi 5 meter. Suasana semakin ramai mirip pasar malam. Kerang-kerang yang cantiknya menyeramkan, Seekor ikan berbisa yang diusir si pemandu sampai sebuah gua kecil yang gelap gulita. Saya langsung mundur beberapa centimeter dari lubang gelap itu. Entah apalah yang akan tiba-tiba keluar dari sana.
            Try scuba hari itu jelas tidak akan pernah saya lupakan. Kami bergerak kesana kemari mirip setrikaan. Bertemu dengan sepasang ibu dan anak Ikan Nemo. Itu tuh yang jadi bintang utama di film Finding Nemo? Are you remember that? Iya, mereka malu-malu loh. Sembunyi dibalik rumput laut yang bergoyang ke kiri dan kanan. Ingin sekali saya menyentuh pipi mereka tapi ah sudahlah, saya tidak ingin jatuh cinta pada ikan. Mahal kalau mau ngapel, musti sewa alat scuba.
            Scuba kembali mengasyikan ketika saya dengan sok berani memutar badan ke posisi terlentang. Subhanallah Yeah, sesuatu banget. Diatas cantik sekali…. Ikan kesana kemari, Daa-Daa ke saya. Di bawah sana saya melihat sepasang suami-istri yang menyelam dengan begitu romantis. Mereka berpegangan. Ah, sepertinya seru kalau saya ikut nimbrung dengan mereka. Oh iya lupa, kenalkan nama mereka Ka Icha dan Ka noval.
            Eh belum juga dekat banget sama mereka, si pemandu langsung memberi kode. Menyuruh saya melihat ke alat pengukur kedalaman. Sembilan meter, lumayan. Toh sepasang suami istri itu kayaknya sudah sampai lima belas meter dibawah permukaan laut. (kira-kira segitu deh soalnya saya lupa bawa meteran buat ngukur jarak).  Saya disuruh naik sambil diberi info kalau ternyata saya baru boleh sampai kedalaman lima meter. Ihhhhh Kesellllllllllllllllllllllllllll!!!!!!!!!!
            Puas? Belum sih, tapi udahlah cukup sangat puas. Bingung kan? Saya juga bingung sih mau bilang puas atau nggak.
            Kami memutuskan berhenti lalu naik ke permukaan. Oh iya, ternyata ada sampah yang duduk rapi disebuah karang. Dengan baik hati si pemandu mengambilnya, melepaskan dari karang. Satu lagi, ternyata saya harus belajar lebih lagi bergerak dalam air dengan setumpuk alat scuba dibayar tunai (sewanya………….). harus bisa memberatkan tubuh karena berulang kali saya otomatis terangkat ke permukaan karena terlalu ringan. Berulang kali si pemandu harus menarik saya ke bawah, kadang memegang tangan saya, kadang menarik kaki, bahkan kadang malah berjaga-jaga di atas saya. Supaya kalau saya terangkat tiba-tiba langsung deh si pemandu nginjak saya. Heheh, bercanda!
            Akhirnya saya menyadari satu hal kalau ternyata sikap sombong, sok tahu, dan takabbur itu memang berbahaya. Coba saja kalau tadi saya menolak tawaran si pemandu, waduh nggak terbayang lagi bagaimana saya sekarang. Mungkin cerita ini nggak akan ada disini.  Mungkin saya mati tenggelam lalu ditolong putri duyung, diajak ke istana mereka. Bertemu raja Neptunus sama ratu Uranus (emang iya?) lalu membahas pernikahan saya dengan putri duyung. Ah, kelamaan ngejomblo bikin saya berimajinasi liar yang sangat mustahil.
            Dan satu lagi, saya tidak punya kenang-kenangan semisal foto underwater bersama nemo dan kawan-kawan. Selain karena situasi nggak memungkinkan karena memang berombak – kata Ka Icha, gara-gara ombak beberapa teman mereka kehilangan kamera. Ada yang rusak dan hanyut dibawah ombak. Dan juga ketika kita terlalu menikmati sebuah kejadian sehingga lupa untuk melakukan hal-hal lain, disitulah letak nikmatnya sebuah peristiwa.
            Dan terakhir, saya ingin berpesan pada teman-teman semua untuk senantiasa mencintai alam ini terutama laut. Jangan buang sampah sembarangan!!! Kasihan Nemo, Little mermaid sama King Neptune Kan? Oh iya, jangan sungkan sama takut buat Try scuba ya kawan? Intinya yang penting tenang dan nggak panikan. Soalnya, Katanya saudaranya Ka Icha, ada temannya Ka icha yang meninggal setelah Try Scuba karena kepanikan di dalam air.
            So intinya jangan pernah panik apalagi kalau dekat sama gebetan…!
            Laut kita itu luas lohh. Cantik dan mengagumkan. Indonesia ini kan sebagian besarnya memang laut toh? Masa bule-bule aja yang nikmatinya? Bukan kita? Entar kalau dicaplok lagi sama orang nggak dikenal baru deh ngomel kayak kambing kebakaran Jambang.
            Ingat, Indonesia itu cantik nggak hanya di darat aja!!!
            Try Scuba and Find more…
            Salam…
            Si jomblo yang mencari jodoh hingga ke dalam laut.
“Menyelami lautan bisa ku lakukan, tapi menyelami dalamnya hatimu sungguh lebih menantang”

*Oh iya, kalau mau lihat beberapa foto yang di take on location try scuba, bisa langsung maen ke Instagram saya di @Fachrul16