(Foto ini diambil setelah puas-puasin diri maen Aeer!!)
Berbulan-bulan
sudah saya memendam hasrat terdalam untuk menyelami dalamnya laut indonesia and
akhirnya hasrat itu kesampaian juga di tanggal 26 Juli 2015. Satu minggu
setelah lebaran idul fitri.
Awalnya
saya menduga menyelam atau yang lebih popular dengan judul Diving (bukan pura-puar jatuh di lapangan sepakbola, loh) dapat
dilakukan dengan mudah. Tinggal pakai baju ketat, gendong tabung, pakai kaki
bebek, selesai. tinggal masuk ke dalam air, kesana kemari, lambaikan tangan ke
ikan-ikan kecil, Happy ending Deh… Tapi suer, disamber Julia perez ternyata
tidak semudah yang saya harapkan.
Semua
bermula ketika salah satu teman sekampus dulu mengajak saya untuk Try Scuba. Satu spot terkenal di pesisir
pantai kota gorontalo menjadi tempat latihan. Mereka menyebutnya sih, KOLAM
alias tempat buat latihan saja. Ah, masa anak pantai seperti saya harus latihan
dulu? Gak keren! Mereka meremehkan kemampuan saya ternyata.
Jam
07.00 pagi, TENG! Kami janji ketemu di tempat penyewaan alat scuba di kelurahan
talumolo, kota gorontalo. Biaya sewa alat lengkap dengan bibit bobotnya Cuma sekitar
Rp. 400.000,-. Saya dapat wetsuit (baju
ketat yang dipakai penyelam) ukuran L, plus satu tabung gas yang lumayan berat
minta ampun.
Cuaca
pagi yang cerah tentu menjadi alasan kenapa saya harus rela menarik gas sepeda
motor menembus dari rumah menuju lokasi penyewaan alat scuba. Kami tiba di
lokasi try scuba sekitar pukul 08.00
pagi. Angin berhembus sepoi-sepoi dan
dari pinggir pantai si KOLAM yang dimaksud memang jelas kelihatan. Warnanya
beda sendiri dipinggiran laut. Kayak ada
manis-manisnya, gitu…
Total
peserta Scuba hari ini ada 4 orang. Saya, teman sekampus saya lengkap dengan
suaminya, dan seorang pemandu yang bertugas mengenalkan perlengkapan dan cara
pakainya kepada saya. Pengalaman pertama menggunakan wetsuit membuat saya membayangkan kalau beberapa bagian ditubuh
saya akan menonjol (seperti perut yang bentuknya onepack ini) tapi ternyata
bayangan saya salah besar. Pakaiannya memang ketat tapi tidak menonjolkan
anggota tubuh. Selamat…
Karena
sok jago, saya malah cuek bebek ketika si pemandu - yang saya lupa namanya
siapa – menjelaskan banyak tetek bengek penggunaan alat-alat scuba. Mulai dari
tombol otomatis yang mengisi-mengeluarkan angin dari pelampung, tabung gas
sekalian selang udaranya yang harus memaksa saya bernafas menggunakan mulut
(ini agak sedikit susah, tapi gampanglah itu) dan juga alat pemberat supaya
saya bisa dengan mudah tenggelam (Eh, maksud saya menyelam).
Demi
tuhan (jangan membayangkan Arya wiguna) saya harus berjalan lambat menuju
lokasi SPOT yang baru sadar ternyata namanya “SDC SPOT”. Ini dikarenakan tubuh
saya sudah dipenuhi banyak beban berat. Apalah-apalah, deh. Belum lagi harus
menerjang ombak kecil yang mengalun lembut diatas batu karang. Oh, beban hidup
pagi ini lumayan cettar membahenol.
Dugaan
saya perlahan-lahan mulai berguguran. Air laut sudah sebatas Dada, saya baru
memakai kaki bebek dengan sangat kesulitan. Kaki saya diombang-ambing lautan
asmara. Susah memakai kaki bebeknya. Hingga akhirnya si pemandu yang turun
tangan memakaikannya. Ah, saya jadi malu. hihihi…
Oke?
Fix! Sebelum kita benar-benar menjatuhkan diri ke dalam laut, Si pemandu bercerita
sedikit lagi tentang kode bahasa di dalam air. Saya baru ngeh ternyata kita emang nggak bisa bicara di dalam air. Butuh
bahasa tubuh mulai dari Naik, turun, ke kanan, ke kiri, oke, pulang dan sebagainya.
Dengan
mengucapkan Bismillah, saya memencet tombol yang mengeluarkan angin dari
pelampung sehingga secara otomatis saya perlahan jatuh ke dalam air. Sumpah,
sumpaaaaaaaaah ini pertama kalinya saya berada diantara karang-karang dan
ikan-ikan kecil yang nggak mabuk! Saya terpukau, terpesona hingga saya lupa
harus bernafas dalam air. Panik? Jelas.
Saya
langsung memberi kode naik ke pemandu, dia langsung mendekat dan menekan tombol
pengisi udara. Hampir saja saya pulang ke rumah tersisa nama dan kenangan saja.
Belum terbiasa bernafas lewat mulut jelas menjadi faktor utama yang menjadi
kendala. Kami naik ke permukaan, belajar bernafas menggunakan mulut lalu
kembali turun.
Kali
ini mulai terkendali. Saya bisa bernafas menggunakan mulut meski awalnya memang
kesulitan. Ya iyalah, selama ini kan saya bernafas pakai hidung saja. Satu
meter, saya mengambil posisi meruncing (susah menjelaskan posisi saya saat
itu), turun mencapai dua meter. Si pemandu masih berada di dekat saya sampai
akhirnya saya menyadari something wrong.
Telinga saya terasa sangat sakit.
Dengan
otomatis saya menekan tombol pengisi udara dan membuat saya melesat pelan
menuju permukaan. Nggak bisa cepat ternyata. Saya sudah menggerak-gerakan kaki
sampai kena tikus-tikus. Kata si
pemandu, ketika telinga mulai terasa sakit, maka langkah pertama yang harus
saya lakukan ialah memencet hidung dalam buang nafas via hidung. (hal ini jelas
tidak akan mengeluarkan udara sama sekali tapi akan terasa sesuatu di telinga
seperti bunyi dug kecil).
*()*
Semua berjalan semakin mudah. Saya mulai
terbiasa bernafas menggunakan mulut. Menyelam dengan gaya selllow membuat saya melayang seperti ikan. Di bawah sini,
kedalaman 4 meter saya merasakan menjadi makhluk tuhan paling bahagia. kalau
sudah begini? Nikmat tuhan mana lagi yang harus saya ingkari? Nggak ada! Mata
saya terus menjelalah, dalam hati terus bertasbih, memuja kecantikan alam
ciptaan Allah SWT.
Awalnya saya agak takut menoleh ke
belakang soalnya suasana di belakang sangat menyeramkan. Sepi. Nggak ada karang
atau ikan-ikan apalah gitu. Semakin saya melihat ke belakang, semakin berkelana
imajinasi saya. Eh, siapa tahu ada hiu tiba-tiba melaju kencang dan HAP saya
ditelan. Atau hewan buas lainnya seperti gurita dengan delapan tentakel
berukuran 8 meter. Atau si kikir Mr. Crab?
Ah tapi semua itu terhapus sudah
ketika saya berjumpa dengan sekelompok ikan menggemaskan yang lewat di dekat
saya. Saya berpikir mereka takut dengan manusia seukuran saya tapi ternyata
tidak sama sekali. Coba saja mereka punya tangan pasti kami sudah berkenalan
dan saya akan undang mereka ke rumah. silaturahmi lah, kan masih suasana
lebaran toh?
Pelan-pelan si pemandu mengajak saya
turun hingga ke posisi 5 meter. Suasana semakin ramai mirip pasar malam.
Kerang-kerang yang cantiknya menyeramkan, Seekor ikan berbisa yang diusir si
pemandu sampai sebuah gua kecil yang gelap gulita. Saya langsung mundur
beberapa centimeter dari lubang gelap itu. Entah apalah yang akan tiba-tiba
keluar dari sana.
Try
scuba hari itu jelas tidak akan pernah saya lupakan. Kami bergerak kesana
kemari mirip setrikaan. Bertemu dengan sepasang ibu dan anak Ikan Nemo. Itu tuh
yang jadi bintang utama di film Finding
Nemo? Are you remember that? Iya, mereka malu-malu loh. Sembunyi dibalik
rumput laut yang bergoyang ke kiri dan kanan. Ingin sekali saya menyentuh pipi
mereka tapi ah sudahlah, saya tidak ingin jatuh cinta pada ikan. Mahal kalau
mau ngapel, musti sewa alat scuba.
Scuba
kembali mengasyikan ketika saya dengan sok berani memutar badan ke posisi
terlentang. Subhanallah Yeah, sesuatu banget. Diatas cantik sekali…. Ikan
kesana kemari, Daa-Daa ke saya. Di bawah sana saya melihat sepasang suami-istri
yang menyelam dengan begitu romantis. Mereka berpegangan. Ah, sepertinya seru
kalau saya ikut nimbrung dengan mereka. Oh iya lupa, kenalkan nama mereka Ka
Icha dan Ka noval.
Eh belum juga dekat banget sama
mereka, si pemandu langsung memberi kode. Menyuruh saya melihat ke alat pengukur
kedalaman. Sembilan meter, lumayan. Toh sepasang suami istri itu kayaknya sudah
sampai lima belas meter dibawah permukaan laut. (kira-kira segitu deh soalnya
saya lupa bawa meteran buat ngukur jarak).
Saya disuruh naik sambil diberi info kalau ternyata saya baru boleh
sampai kedalaman lima meter. Ihhhhh Kesellllllllllllllllllllllllllll!!!!!!!!!!
Puas?
Belum sih, tapi udahlah cukup sangat puas. Bingung kan? Saya juga bingung sih
mau bilang puas atau nggak.
Kami memutuskan berhenti lalu naik
ke permukaan. Oh iya, ternyata ada sampah yang duduk rapi disebuah karang. Dengan
baik hati si pemandu mengambilnya, melepaskan dari karang. Satu lagi, ternyata
saya harus belajar lebih lagi bergerak dalam air dengan setumpuk alat scuba
dibayar tunai (sewanya………….). harus bisa memberatkan tubuh karena berulang kali
saya otomatis terangkat ke permukaan karena terlalu ringan. Berulang kali si
pemandu harus menarik saya ke bawah, kadang memegang tangan saya, kadang
menarik kaki, bahkan kadang malah berjaga-jaga di atas saya. Supaya kalau saya
terangkat tiba-tiba langsung deh si pemandu nginjak saya. Heheh, bercanda!
Akhirnya saya menyadari satu hal
kalau ternyata sikap sombong, sok tahu, dan takabbur itu memang berbahaya. Coba
saja kalau tadi saya menolak tawaran si pemandu, waduh nggak terbayang lagi bagaimana
saya sekarang. Mungkin cerita ini nggak akan ada disini. Mungkin saya mati tenggelam lalu ditolong putri
duyung, diajak ke istana mereka. Bertemu raja Neptunus sama ratu Uranus (emang
iya?) lalu membahas pernikahan saya dengan putri duyung. Ah, kelamaan ngejomblo
bikin saya berimajinasi liar yang sangat mustahil.
Dan satu lagi, saya tidak punya
kenang-kenangan semisal foto underwater bersama nemo dan kawan-kawan. Selain karena
situasi nggak memungkinkan karena memang berombak – kata Ka Icha, gara-gara
ombak beberapa teman mereka kehilangan kamera. Ada yang rusak dan hanyut
dibawah ombak. Dan juga ketika kita terlalu menikmati sebuah kejadian sehingga
lupa untuk melakukan hal-hal lain, disitulah letak nikmatnya sebuah peristiwa.
Dan terakhir, saya ingin berpesan
pada teman-teman semua untuk senantiasa mencintai alam ini terutama laut.
Jangan buang sampah sembarangan!!! Kasihan Nemo,
Little mermaid sama King Neptune Kan? Oh iya, jangan sungkan
sama takut buat Try scuba ya kawan? Intinya
yang penting tenang dan nggak panikan. Soalnya, Katanya saudaranya Ka Icha, ada
temannya Ka icha yang meninggal setelah Try
Scuba karena kepanikan di dalam air.
So intinya jangan pernah panik
apalagi kalau dekat sama gebetan…!
Laut kita itu luas lohh. Cantik dan
mengagumkan. Indonesia ini kan sebagian besarnya memang laut toh? Masa bule-bule
aja yang nikmatinya? Bukan kita? Entar kalau dicaplok lagi sama orang nggak
dikenal baru deh ngomel kayak kambing kebakaran Jambang.
Ingat, Indonesia itu cantik nggak
hanya di darat aja!!!
Try Scuba and Find more…
Salam…
Si jomblo yang mencari jodoh hingga
ke dalam laut.
“Menyelami lautan bisa ku
lakukan, tapi menyelami dalamnya hatimu sungguh lebih menantang”
*Oh iya, kalau mau lihat beberapa foto yang di take on location try scuba, bisa langsung maen ke Instagram saya di @Fachrul16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar