Senin, 05 Oktober 2015

Aku dan kamu (Topan dan Rinai)

Kita pernah berpetualang
Aku dan kamu, menyusuri cinta tak berujung
Kita pernah bersama,
Aku dan kamu, mendesahkan butiran cinta

Namun kini aku tertunduk,
Sementara engkau menggemakan tawa,
Tidak peduli hatiku semakin tertusuk,
Tidak peduli hatiku semakin membara,

Aku dan kamu masih berdiri,
Tapi berada dalam ruang terpisah,
Sebuah struktur padat kokoh berdiri,
Memaksaku untuk tersenyum pasrah,

Dinding ini menjulang tinggi,
Mencaci maki kebodohanku,
Menghantamku dengan besi berduri,
Lalu bahagia menertawaiku,

Dinding itu semakin menjulang tinggi,
Kokoh berdiri terus melindungimu,
Menghalau ragaku untuk menggapai,
Sepotong mawar kuning yang pernah menjadi milikku,

Mawar kuningku,
Hanya penyesalan yang mampu ketelurkan,
Hanya pengharapan yang bisa aku terbangkan,
Meski semua tidak akan pernah sama,
Meski dirimu kini tersenyum dalam pelukannya,

Mawar kuningku,
Dinding ini berdirih terlalu tangguh,
Dinding ini tidak pernah terlihat rapuh,
Dinding ini memisahkan kita,
Menyimpanmu semakin rapat dalam ruang penuh cinta,
Menjatuhkan dalam jurang dengan kilauan karang dibawahnya,

Duhai dermaga kecilku,
Meski mustahil senantiasa mendekapku,
Meski raga ini semakin menyerah dalam kerapuhan,
Aku tetap memaksa pada Tuhan,
Suatu saat nanti Dinding itu harus aku robohkan,
Sekalipun jiwa ini adalah taruhan,

*Puisi diantara “Purnama Berdarah!” dan “Dermaga kecil”

Diikut sertakan dalam tantangan menulis yang rajin dilaksanakan oleh @KampusFiksi #NulisBarengAlumni #JamaahTyphobia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar